Saat manusia dilahirkan telah
menghadapi berbagai masalah untuk bisa tetap hidup dan akan berusaha
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Demi mencukupi kebutuhan hidupnya dan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia harus selalu berusaha.
Keadaan ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang
tersedia dibandingkan dengan jumlah kebutuhan manusia. Pada dasarnya kebanyakan
manusia tidak merasa puas dengan apa yang mereka peroleh dan dengan apa yang
telah mereka dapat.
Jika semula untuk mempertahankan
hidupnya, seseorang bekerja menghasilkan suatu barang yang digunakan sendiri
atau untuk keluarganya, maka dalam perkembangannya usaha manusia untuk
mempertahankan hidupannya dan untuk mendapatkan keinginannya itu bukan lagi
sebagai individu, tetapi sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat
dimana mereka harus bekerjasama dalam melaksakan kegiatan sehari-harinya. Semua
itu adalah merupakan sifat dan sikap dari manusia bahwa bila mana keinginan-keinginannya
yang lama telah tercapai selalu didorong oleh timbulnya keinginan yang baru dan
mereka akan selalu mempunyai keinginan untuk mencapai kesejahteraan yang lebih
tinggi dari apa yang telah mereka capai selama ini. (Hendrojogi, 1997:2)
(Download)
(Download)
Faktor keberhasilan manusia untuk
bisa mempertahankan hidupnya itu sangat dipengaruhi oleh alam terutama pada masyarakat
yang masih primitif. Jika di suatu pihak alam merupakan segala sumber bagi
kehidupan manusia maka di lain pihak alam bisa merupakan sumber bagi manusia.
Bahkan tidak jarang bahwa bencana alam yang diakibatkan oleh perbuatan manusia
sendiri adalah merupakan balas dendam dari alam terhadap manusia atas segala
perbuatannya. Dalam masyarakat yang modern tekanan nyata dari alam dan
sekitarnya setidak-tidak jauh berkurang dari pada masyarakat primitive. Tetapi
meskipun demikian perlu kita sadari bencana tidak pernah membedakan mangsanya
dan selalu akan membawa kehancuran. Bahaya juga bisa dapat timbul dari
penciptaan yang canggih dan mengerikan dari masyarakat modern apabila menyalah gunakannya
ciptaan.
Berbagai upaya telah dilakukan umat
manusia untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Apabila
awalnya manusia dalam pemecahan kebutuhan hidupnya melakukan secara individual
maka dalam perkembangannya cara pemecahan masalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup, manusia berusaha melakukan secara
bersama-sama. Cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk pemecahan
permasalahan ekonomi mungkin berbeda sesuai dan seirama dengan perkembangan
zaman.
Berangkat dari permasalahan itulah
inspirasi koperasi beserta gerakannya diciptakan dan merupakan cara yang
digunakan masyarakat golongan ekonomi lemah seperti petani, buruh dan kaum
miskin kota untuk memecahakan masalah yang mereka hadapi. Proses tercipta
koperasi juga terdorong sebagai bentuk perlawanan dari lahirnya sistem
kapitalis. Dimana sistem kapitalisme mempunyai ide dasar dengan hanya mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya. Dalam perkembangannya kemudian menjadi sistem
sendiri dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Mula- mula koperasi tumbuh dan berkembang pada awal abad ke 19 sebagai hasil usaha spontan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas serta akibat penderitaan sosial ekonomi yang timbul dari sistem kapitalisme. Kemudian mereka mempersatukan diri untuk menolong mereka sendiri, serta ikut mengembangkan kesejahteraan rakyat.(Anoraga dan Ninik,2007:38)
Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme yang menanamkan pengaruh begitu besar. Beberapa orang yang mempunyai kehidupan sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, dibebani oleh penderitaan dengan kapasitas ekonomi yang sama, secara sadar dengan beberapa orang yang mempunyai kesamaan keterbatasan ekonomi berusaha mempersatukan diri untuk melawan sistem kapitalisme dan menolong diri sendiri demi keberlangsungan hidup. Menolong sendirinya sendiri secara bersama merupakan perjuangan untuk memperbaiki hidup, atas dasar kemampuan sendiri yang dipersatukan.
Mula- mula koperasi tumbuh dan berkembang pada awal abad ke 19 sebagai hasil usaha spontan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas serta akibat penderitaan sosial ekonomi yang timbul dari sistem kapitalisme. Kemudian mereka mempersatukan diri untuk menolong mereka sendiri, serta ikut mengembangkan kesejahteraan rakyat.(Anoraga dan Ninik,2007:38)
Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme yang menanamkan pengaruh begitu besar. Beberapa orang yang mempunyai kehidupan sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, dibebani oleh penderitaan dengan kapasitas ekonomi yang sama, secara sadar dengan beberapa orang yang mempunyai kesamaan keterbatasan ekonomi berusaha mempersatukan diri untuk melawan sistem kapitalisme dan menolong diri sendiri demi keberlangsungan hidup. Menolong sendirinya sendiri secara bersama merupakan perjuangan untuk memperbaiki hidup, atas dasar kemampuan sendiri yang dipersatukan.
Tumbuh dan berkembang koperasi
terutama di Negara-negara yang menganut paham demokratis, karena disini rakyat
mempunyai kehendak untuk melakukan sendiri pilihannya untuk menentukan dan
melakukan usaha yang sesuai dengan kepentingan dan kemampuan, untuk menolong dirinya
sendiri secara bersama-sama.
Koperasi pada mulanya tumbuh bersamaan dengan
tumbuhnya pikiran-pikiran tentang pembaruan masyrakat, yang terutama dipelopori
oleh aliran gerakan sosialis. Aliran ini sangat kuat pengaruhnya dalam
pertumbuhan ekonomi, karena :
1. Koperasi membentuk suatu dasar bagi organisasi
kemasyarakatan yang berbeda dengan bentuk dan cita-cita sistem kapitalisme yang
berkuasa di banyak Negara barat pada waktu itu. Motif utama sistem kapitalis
adalah mencapai laba yang sebesar-besarnya, sehingga sistem ini menimbulkan
akibat yang berat bagi kaum petani, buruh , miskin kota karena menjadi kaum
yang ditindas. Oleh karena itu gerakan sosialis berusaha melenyapkan
penderitaan ini.
2. Dengan
munculnya perkumpulan koperasi, maka koperasi dianggap oleh gerakan sosialis
sebagai cara praktis bagi kaum petani, buruh dan miskin kota untuk melepaskan
diri dari penindasan kaum kapitalis pada saat itu. Oleh karena itu gerakan
sosialis sangat menganjurkan berdirinya koperasi. (Anoraga dan Ninik,2007:39)
Pada faktanya kenyataan berubah
semakain lama gerakan koperasi menempuh jalannya sendiri yang berbeda dengan
gerakan sosialis baik dalam cita-cita maupun dalam cara-cara yang ditempuh
untuk mencapai tujuannya. Bahkan bila kita lihat sekarang koperasi tumbuh subur
di Negara-negara yang dikenal menganut sistem kapitalis dan kemudian koperasi
menjadi penyeimbangan yang dapat melenyapkan keburukan-keburukan sistem kapitalisme
itu sendiri.
Bahkan dewasa ini tumbuh berkembang
koperasi hampir di setiap Negara di dunia seperti Inggris, Prancis, Jerman,
serta Amerika dan Negara-negara lain baik dieropa barat maupun eropa timur. Hal
ini membuktikan bahwa koperasi bukan saja terdapat di suatu Negara saja,
melainkan untuk membangun masyarakat yang merupakan kebutuhan orang akan kerja
sama yang berhasil untuk mencapai kesejahteraan bersama yang sudah meluas
diseluruh dunia dan juga di Indonesia.
Di Indonesia sudah sejak lama telah
mengenal kekeluargaan dan kegotongroyongan yang di praktekan oleh nenek moyang
bangsa Indonesia. Kebiasaan yang non profit ini, merupakan input untuk pasal 33
ayat 1 UUD 1945 yang dijadikan dasar atau pedoman pelaksanaan koperasi.
Kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang turun-temurun itu dapat di jumpai di
berbagai daerah Indonesia di antaranya adalah arisan untuk daerah jawa tengah
dan jawa timur, paketan, mitra cai dan ruing mungpulung daerah jawa barat, mapalus di Sulawesi utara, kerja
sama pengairan yang terkenal dengan subak untuk daerah Bali, dan
julo-julo untuk daerah sumatera barat merupakan sifat-sifat hubungan sosial,
non profit dan menunjukan usaha atau kegiatan atas dasar berpribadi dan
kekeluargaan. Bentuk-bentuk ini dinamakan pra-koperasi. Pelaksanaan yang
bersifat pra-koperasi terutama di pedesaan masih sering kita jumpai walaupun
arus globalisasi sudah merambat sampai kepedesaan.(www.community.gunadarma.ac.id:
05/06/2011 pukul 20.34)
Dari
kebiasaan nenek moyang kita itulah kenapa koperasi dapat tumbuh dan berkembang,
karena sesuai dengan fungsi dan peran koperasi yang tertera dalam Undang-undang
No 25 tahun 1992 pasal 4 yang berbunyi sebagai berikut :
1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosial.
2. berperan serta secara aktif dalam
upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh
perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai soko-gurunya.
4. Berusaha
untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
5. Mengembangkan
kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar.
Dalam undang-ndang dasar 1945 khususnya pasal
33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Selanjutnya dalam pasal 33 juga dapat
penjelasan antara lain menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang lebih di
utamakan bukan kemakmuran orang seorang dan yang sesuai dengan itu ialah
koperasi. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi seperti yang tertera di atas
maka peran dan fungsi koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi
ekonomi yang mempunyai cirri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan
keterbukaan. Dalam kehidupan ekonomi seperti itu koperasi seharusnya mempunyai
ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas dalam menyangkut kepentingan
kehidupan ekonomi kerakyatan.
Ditambah dengan kedudukan Indonesia yang sangat strategis beserta kekayaan alamnya yang melimpah. Seperti halnya hutan-hutan Indonsia selain penting bagi eksistensi tata alam lingkungan dunia., juga bagi pasar industrinya. Hasil hutan Indonesia yang kaya raya sangat diminati oleh pasar dunia. Selain itu, sifat-sifat alamnya member kemungkinan objektif kepada rakyat negeri ini untuk melakukan pertanian dengan jenis tanaman apa saja sepanjang tahun tanpa interval. Curah hujan dan matahari adalah sepadan sehingga memberi kehidupan subur pada tanaman-tanaman. Pulau jawa misalnya terkenal sebagai salah satu tanah yang tersubur didunia. Pertanian Indonesia, selain menghasilkan padi sebagai bahan makanan utama penduduknya, juga menghasilkan rempah-rempah seperti cengkeh, lada, pala, ketumbar, kulit kayu manis dan lain sebagainya yang juga sangat diminati oleh pasar dunia. Hasil pertanian yang juga sangat diminati oleh pasar dunia seperti tembakau, teh, kopi, gula, karet alam, kopra, kelapa sawit, kina, sisal dan sebagainya juga tumbuh subur dinegeri ini. Perut buminya, baik di daratan maupun didasar laut, mengandung banyak pendaman berharga seperti minyak bumi, gas alam, timah, tembaga, nikel, emas, dan sebagainya. Sejak OPEC (organization of petroleum exporting country = organisasi negeri-negeri pengekspor minyak) didirikan, Indonesia menjadi anggota dari organisasi ini dengan memperoleh kuota consensus sebesar 1,5 juta barel per hari. (siregar, 2000:11).
Inilah Indonesia yang begitu kaya akan sumber kekayaan alam. Bahkan ada yang mengatakan apabila kayu dicampakan di tanah Indonesia pasti akan tumbuh dengan sendirinya. Tetapi realitanya sekarang masyarakat Indonesia kebanyakan tidak lagi bangga menjadi bangsa yang bernegara kaya akan pertanian. Mungkin karena arus globalisasi yang begitu kencang tidak mampu diadaptasi indonesia secara bijak, cerdas dan dewasa. Begitu gampang terbawa arus, seolah tidak memiliki pegangan atau pondasi, sangat tidak mencemirkan atau menggambarkan jati diri bangsa Indonesia seperti apa yang ditunjukkan nenek moyang kita dulu. Ironisnya adalah kemerosotan pertanian Indonesia juga bahkan banyak ditimbulkan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Sanggup menjajah bangsa sendiri, mengeksploitasi bangsa sendiri, mengkhianati bangsa sendiri. Itulah mereka, para kapitalis lokal dan jaringannya, dan pemerintah yang tidak pro rakyat, tidak satu barisan dengan rakyat, dan bahkan menjadi musuh rakyat. Kaum tani, yang menyuplai beras sebagai makanan pokok kita dan beragam macam sayuran, jarang sekali mendapat keadilan, kesejahteraan yang tidak seimbang , kurang mendapat perhatian, dan bahkan menjadi kaum yang dimarjinalkan, dianggap kaum rendahan yang tidak memiliki harkat martabat, pengetahuan pemahaman, sehingga lahir pandangan yang sangat keliru dan salah bahwa kaum tani akan selalu berada di tingkatan paling bawah.
Seharusnya pemerintah berkewajiban mengambil peran dalam upaya peningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Saat ini apakah pemerintah berhasil atau tidak, biar rakyat yang memberikan penilaian. Jangan justru pemerintah yang menilai. Biarlah rakyat yang menilai sendiri para wakilnya di pemerintahan. Masyarakat Indonesia sudah pintar, mereka bisa menilai bagaimana keberhasilan pemerintah dan kualitas pejabatnya. Menjadi pertanyaan kini adalah apakah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan membuat petani bangga. Ternyata tidak. Petani, hingga kini masih tetap menghadapi kesulitan. Bahkan, sebagian besar petani Indonesia termasuk dalam kategori rumah tangga miskin. Dari hasil sensus BPS rumah tangga petani yang masuk kategori petani gurem mengalami peningkatan. Misalnya, pada sensus 1993 jumlah rumah tangga petani (RTP) sebanyak 20,518 juta dengan RTP sebanyak 10,69 juta. Pada sensus 2003, jumlah RTP naik menjadi 24,05 juta dan yang masuk kategori gurem juga naik menjadi 13,25 juta. Dengan kondisi masih banyak petani miskin, pemerintah seharusnya malu mengklaim keberhasilan di atas penderitaan orang lain, khususnya petani. Untuk itu, ke depan pemerintah jangan sekadar menggenjot produksi pangan, tapi juga memikirkan kesejahteraan petani dan keluarga petani. Keberhasilan swasembada beras merupakan keberhasilan bersama.
Ditambah dengan kedudukan Indonesia yang sangat strategis beserta kekayaan alamnya yang melimpah. Seperti halnya hutan-hutan Indonsia selain penting bagi eksistensi tata alam lingkungan dunia., juga bagi pasar industrinya. Hasil hutan Indonesia yang kaya raya sangat diminati oleh pasar dunia. Selain itu, sifat-sifat alamnya member kemungkinan objektif kepada rakyat negeri ini untuk melakukan pertanian dengan jenis tanaman apa saja sepanjang tahun tanpa interval. Curah hujan dan matahari adalah sepadan sehingga memberi kehidupan subur pada tanaman-tanaman. Pulau jawa misalnya terkenal sebagai salah satu tanah yang tersubur didunia. Pertanian Indonesia, selain menghasilkan padi sebagai bahan makanan utama penduduknya, juga menghasilkan rempah-rempah seperti cengkeh, lada, pala, ketumbar, kulit kayu manis dan lain sebagainya yang juga sangat diminati oleh pasar dunia. Hasil pertanian yang juga sangat diminati oleh pasar dunia seperti tembakau, teh, kopi, gula, karet alam, kopra, kelapa sawit, kina, sisal dan sebagainya juga tumbuh subur dinegeri ini. Perut buminya, baik di daratan maupun didasar laut, mengandung banyak pendaman berharga seperti minyak bumi, gas alam, timah, tembaga, nikel, emas, dan sebagainya. Sejak OPEC (organization of petroleum exporting country = organisasi negeri-negeri pengekspor minyak) didirikan, Indonesia menjadi anggota dari organisasi ini dengan memperoleh kuota consensus sebesar 1,5 juta barel per hari. (siregar, 2000:11).
Inilah Indonesia yang begitu kaya akan sumber kekayaan alam. Bahkan ada yang mengatakan apabila kayu dicampakan di tanah Indonesia pasti akan tumbuh dengan sendirinya. Tetapi realitanya sekarang masyarakat Indonesia kebanyakan tidak lagi bangga menjadi bangsa yang bernegara kaya akan pertanian. Mungkin karena arus globalisasi yang begitu kencang tidak mampu diadaptasi indonesia secara bijak, cerdas dan dewasa. Begitu gampang terbawa arus, seolah tidak memiliki pegangan atau pondasi, sangat tidak mencemirkan atau menggambarkan jati diri bangsa Indonesia seperti apa yang ditunjukkan nenek moyang kita dulu. Ironisnya adalah kemerosotan pertanian Indonesia juga bahkan banyak ditimbulkan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Sanggup menjajah bangsa sendiri, mengeksploitasi bangsa sendiri, mengkhianati bangsa sendiri. Itulah mereka, para kapitalis lokal dan jaringannya, dan pemerintah yang tidak pro rakyat, tidak satu barisan dengan rakyat, dan bahkan menjadi musuh rakyat. Kaum tani, yang menyuplai beras sebagai makanan pokok kita dan beragam macam sayuran, jarang sekali mendapat keadilan, kesejahteraan yang tidak seimbang , kurang mendapat perhatian, dan bahkan menjadi kaum yang dimarjinalkan, dianggap kaum rendahan yang tidak memiliki harkat martabat, pengetahuan pemahaman, sehingga lahir pandangan yang sangat keliru dan salah bahwa kaum tani akan selalu berada di tingkatan paling bawah.
Seharusnya pemerintah berkewajiban mengambil peran dalam upaya peningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Saat ini apakah pemerintah berhasil atau tidak, biar rakyat yang memberikan penilaian. Jangan justru pemerintah yang menilai. Biarlah rakyat yang menilai sendiri para wakilnya di pemerintahan. Masyarakat Indonesia sudah pintar, mereka bisa menilai bagaimana keberhasilan pemerintah dan kualitas pejabatnya. Menjadi pertanyaan kini adalah apakah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan membuat petani bangga. Ternyata tidak. Petani, hingga kini masih tetap menghadapi kesulitan. Bahkan, sebagian besar petani Indonesia termasuk dalam kategori rumah tangga miskin. Dari hasil sensus BPS rumah tangga petani yang masuk kategori petani gurem mengalami peningkatan. Misalnya, pada sensus 1993 jumlah rumah tangga petani (RTP) sebanyak 20,518 juta dengan RTP sebanyak 10,69 juta. Pada sensus 2003, jumlah RTP naik menjadi 24,05 juta dan yang masuk kategori gurem juga naik menjadi 13,25 juta. Dengan kondisi masih banyak petani miskin, pemerintah seharusnya malu mengklaim keberhasilan di atas penderitaan orang lain, khususnya petani. Untuk itu, ke depan pemerintah jangan sekadar menggenjot produksi pangan, tapi juga memikirkan kesejahteraan petani dan keluarga petani. Keberhasilan swasembada beras merupakan keberhasilan bersama.
Demikianlah
gambaran secara global dan situasi kebangsaan yang terjadi dan saling
mempengaruhi pada kondisi sosial ekonomi terhadap masyarakat pada umumnya dan
keluarga petani pada khususnya. Selanjutnya pada tingkat yang lebih mikro,
namun lebih empiris kaitannya pada upaya peningkatan kualitas individu dipicu
peran vital keluarga.
Keluarga
sebagai subsistem yang diperlukan bagi sistem sosial yang lebih luas dipandang
sangat besar. Para petani mempunyai keluarga yang membutuhkan penghidupan
layak. Oleh karena itu dalam meningkatkan ekonomi keluarga perlu adanya usaha
lain. Dalam perjuangan peningkatan sosial ekonomi keluarga petani tidak hanya
individu tapi dapat dilakukan membuat suatu kelompok yang memiliki latar
belakang sama dan mempunyai visi yang sama pula.
Penelitian dilakukan di
kelurahan rengas pulau kecamatan medan marelan. Adapun alasannya ketertarikan
penulis, pada saat melakukan praktikum II di lembaga SINTESA melihat kelompok
masyarakat petani membuat kegiatan perekonomian yang mandiri selain pergi ke
ladang. Dalam bentuk kelompoknya yang tergabung dalam koperasi basis mereka
melakukan berbagai kegiatan walaupun koperasi ini belum diakui oleh pemerintah
sebagai koperasi yang sah. Metode yang dilakukan kelompok masyarakat ini dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Terbesit dalam pikiran penulis inilah
cikal bakal akan berdirinya koperasi yang matang. Berbagai bentuk usaha di
ciptakan kelompok masyarakat tersebut untuk meningkatkan perekonomian mereka.
Berangkat
dari kondisi sosial yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan
mengetahui lebih lanjut bagaimana kaitannya antara koperasi basis dan sosial
ekonomi keluarga petani dikarenakan adanya upaya kelompok masyarakat untuk membangun
perekonomian mandiri. Dalam koperasi basis kebanyakan yang ikut berpartisipasi
kebanyakan para petani. Oleh karena itu peneliti tertarik mengangkat sebuah
karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul ;
Pengaruh partisipasi anggota
keluarga petani dalam wadah koperasi basis terhadap sosial ekonomi keluarga
petani di kelurahan rengas pulau kecamatan medan marelan kota medan.
Ditulis oleh Amirullah DOWNLOAD
Ditulis oleh Amirullah DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment